Minggu, 27 September 2009

Process Equipment Control ditillation column pressure

Kolom distilasi (distillation column) merupakan peralatan proses yang banyak digunakan dalam industri proses termasuk kilang minyak. Kolom distilasi digunakan untuk memisahkan suatu bahan yang mengandung dua atau lebih komponen bahan menjadi beberapa komponen berdasarkan perbedaan volatility (kemudahan menguap) dari masing-masing komponen bahan tersebut.
Kolom distilasi merupakan serangkaian peralatan proses yang terdiri dari preheater, column, condenser, accumulator, reboiler serta peralatan pendukungnya, dengan konfigurasi seperti pada gambar berikut.


Kolom (column) atau sering disebut tower memiliki dua kegunaan; yang pertama untuk memisahkan feed (material yang masuk) menjadi dua porsi, yaitu vapor yang naik ke bagian atas (top/overhead) kolom dan porsi liquid yang turun ke bagian bawah (bottom) kolom; yang kedua adalah untuk menjaga campuran kedua fasa vapor dan liquid (yang mengalir secara counter-current) agar seimbang, sehingga pemisahannya menjadi lebih sempurna.
Overhead vapor akan meninggalkan bagian atas kolom dan masuk ke condenser, vapor yang menjadi liquid akan dikumpulkan di accumulator. Sebagian liquid dari accumulator dikembalikan ke kolom sebagai reflux, sedangkan sebagian lainnya sebagai overhead product atau distillate.
Bottom liquid keluar dari bagian bawah kolom dan dipanaskan ke reboiler. Sebagian liquid menjadi vapor dan dikembalikan ke kolom, dan sebagian lainnya akan dikeluarkan sebagai bottom product atau residue.
Ini adalah konfigurasi kolom yang relative sederhana, pada aplikasi yang lebih kompleks, sebagian vapor atau liquid ditarik dari beberapa titik di bagian samping kolom (sidestream) sebagai intermediate product dan/atau sebagai reflux.
Pada umumnya bahan yang akan dipisahkan (feed) dimasukkan kedalam kolom melalui bagian samping kolom tersebut. Komponen yang lebih ringan akan menguap menjadi vapor dan naik ke bagian atas (overhead) kolom , sedangkan komponen yang lebih berat berbentuk liquid akan jatuh ke bagian bawah (bottom) kolom. Agar pemisahan dapat terjadi secara efektif, maka kedua fasa vapor dan liquid harus ada sepanjang kolom. Untuk menjaga tercapainya kondisi seperti ini, maka kondisi operasi kolom harus dijaga dengan menggunakan sistem kontrol.
Sacar garis besar sistem kontrol pada kolom distilasi terdiri dari:
• Pressure control.
• Reflux control.
• Reboiler control.
• Pump arround control.
• Feed control.
Serie ini akan membahas pressure control pada kolom distilasi, sedangkan sistem kontrol lainnya akan dibahas pada serie selanjutnya.
Pressure control sangat penting dalam kolom distilasi karena berguna untuk menjaga kestabilan kondisi equilibrium material dalam kolom. Bila pressure kolom berubah-ubah maka proses pemisahan menjadi tidak sempurna (upset). Pemilihan setpoint untuk pressure control merupakan hasil kompromi dua kepentingan. Di satu sisi, pressure harus diambil cukup tinggi agar proses kondensasi overhead vapor oleh condensor (heat exchanger dengan medium pendingin) bisa terjadi, namun disisi lain pressure harus cukup rendah agar proses vaporisasi bottom liquid oleh reboiler (heat exchanger dengan medium pemanas) juga bisa terjadi. Pemilihan pressure ini dilakukan pada saat design karena akan menentukan ukuran/spec dari peralatan yang digunakan terutama condensor dan reboiler.
Konfigurasi pressure control yang akan digunakan sangat bergantung pada jenis phase product/stream yang dihasilkan dan bergantung juga pada kandungan uncondensable materials (material yang tidak terkondensasi) dalam overhead vapor.
Berikut akan dibahas beberapa konfigurasi pressure control yang didasarkan pada kondisi yang berhubungan dengan phase product serta kehadiran uncondensable materials seperti berikut:
1. Produk berupa vapor dan ada uncondensable materials.
2. Produk berupa vapor dan tidak ada uncondensable materials.
3. Produk berupa liquid dan tidak ada uncondensable materials.
4. Produk berupa liquid dan ada uncondensable materials.
1. Produk berupa vapor dan ada uncondensable materials. Pada kasus ini, overhead product yang dihasilkan berupa vapor. Oleh karena itu, maka pressure control dapat langsung mangatur aliran/flow produk, seperti gambar 2a dan 2b. Dengan konfigurasi seperti ini, response pressure control cukup cepat.

Cara kerjanya adalah sbb: Apabila pressure turun → pressure control bereaksi menutup control valve → banyak vapor yang terakumulasi → menaikan pressure kembali. Apabila pressure naik → pressure control bereaksi membuka kontrol valve → vapor dibuang keluar → menurunkan pressure kembali. Apabila parameter pressure controller di-tunning dengan benar, maka akan diperoleh kondisi stabil dimana pressure akan berada pada nilai sesuai setpointnya.
Liquid hasil kondensasi di condenser yang tertampung di accumulator hanya digunakan untuk kebutuhan reflux. Level pada accumulator dijaga dengan beberapa cara, yaitu: 1) mengatur aliran cooling system, gambar 2a dan 2b, atau 2) flow cooling system dijaga constant dan level control memanipulasi aliran condensate yang dilewatkan ke mini vaporizer kemudian vapor tersebut digabung dengan line yang berasal dari pressure control valve, gambar 2c, atau 3) memanipulasi vapor yang di-bypass dari condenser, gambar 2d.
Konfigurasi level control seperti gambar 2a dan 2b digunakan hanya bila condenser mempunyai water residence time yang pendek sehingga tidak menyebabkan time lag yang panjang pada level control. Jika tida, maka sebaiknya menggunakan konfigurasi gambar 2c atau 2d.
2. Produk berupa vapor dan tidak ada uncondensable materials. Apabila produknya berupa vapor dan tidak ada uncondensable materials, maka pressure kolom dibuat dengan jalan memasukkan inert gas atau fuel gas ke proses/kolom lalu dibuang lagi ke venting/flare (gambar 3a atau 3b). Pada konfigurasi seperti ini, pressure dijaga dengan cara mengatur aliran inert gas/fuel gas yang masuk dan aliran ke venting/flare. Gambar 3b digunakan apabila hendak menghilangkan impurity/soluble gas dalam liquid.

Cara kerjanya adalah sbb: Apabila pressure turun → pressure control bereaksi membuka control valve injection dan menutupp control valve venting → pressure akan naik. Apabila pressure naik → pressure control bereaksi menutup control valve injection dan membuka control valve venting → pressure akan turun. Apabila parameter pressure control di-tunning dengan benar, maka akan diperoleh kondisi stabil dimana pressure akan berada pada nilai sesuai setpointnya. Dalam konfigurasi ini, kedua control valve injection dan venting bisa dibuat split-range.
Konfigurasi level control pada accumulator dapat menggunakan salah satu dari konfigurasi yang dijelaskan pada item 1 diatas (gambar 2a, 2b, 2c atau 2d).
3. Produk berupa liquid dan tidak ada uncondensable materials. Sama seperti produk berbentuk vapor, maka idealnya pressure dijaga dengan memanipulasi aliran produk. Akan tetapi karena produknya liquid dan diambil (draw-off) dari accumulator, maka time lag-nya cukup besar yang dapat menyebabkan kinerja pressure control menjadi jelek. Oleh karena itu, cara yang paling baik untuk dilakukan adalah dengan mengatur kecepatan terbentuknya liquid di condenser, dimana penggunaannya sangat bergantung pada konstruksi mekanis dari condenser tersebut.

a) Konfigurasi pertama adalah dengan mengatur aliran cooling system (gambar 4a). Cara kerjanya adalah sbb: Apabila pressure naik yang berarti banyak vapor yang terakumulasi di condenser, pressure control akan membuka control valve cooling system sehingga memperbesar aliran cooling yang masuk yang menyebabkan lebih banyak vapor yang terkondensasi. Dengan banyak vapor yang terkondensasi, pressure kembali turun. Bila pressure turun, pressure control akan menutup control valve cooling system sehingga memperkecil aliran cooling yang masuk yang mengurangi vapor yang terkondensasi. Pengurangan vapor yang terkondensasi ini akan menaikan pressure. Apabila parameter pressure controller di-tunning dengan benar, maka akan diperoleh kondisi stabil dimana pressure akan berada pada nilai sesuai setpointnya. Konfigurasi ini digunakan jika residence time cooling system pendek, karena jika tidak maka lag time pressure control menjadi besar yang menyebabkan kinerja control jelek.
b) Konfigurasi kedua adalah dengan mengatur aliran liquid dari condenser ke accumulator, (gambar 4b dan 4c). Cara kerjanya adalah sbb: Apabila pressure-nya naik, yang biasanya disebabkan condenser berisi banyak liquid sehingga ruangan/permukaan condenser menjadi sedikit yang menyebabkan banyak vapor tidak terkondensasi, maka pressure control akam membuka control valve sehingga liquid pada condenser mengalir ke accumulator. Dengan membukanya control valve ini, liquid pada condenser berkurang sehingga ruang kondensasi bertambah yang menyebabkan banyak vapor yang terkondensasi sehingga pressure kembali turun. Sebaliknya, apabila pressure turun maka pressure control akan menutup control valve, liquid yang terakumulasi di condenser bertambah sehingga memperkecil ruangan/permukaan kondensasi. Hal ini akan menyebabkan sedikit vapor yang terkondensasi sehingga pressure naik.
c) Konfigurasi ketiga adalah dengan mengatur aliran vapor ke accumulator yang di-bypass terhadap condenser (gambar 4d). Konfigurasi ini digunakan bila elevasi condenser dibawah accumulator. Cara kerjanya adalah sbb: Apabila pressure naik, yang biasanya disebabkan condenser berisi banyak liquid sehingga ruangan/permukaan kondensasi menjadi sedikit yang menyebabkan banyak vapor yang tidak terkondensasi, maka pressure control akan menutup control valve yang menyebabkan adanya perbedaan pressure antara line vapor dan accumulator. Perbedaan pressure ini menyebabkan liquid dari condenser akan mengalir ke accumulator. Dengan mengalirnya liquid ke accumulator, maka liquid pada condenser berkurang sehingga ruang kondensasi bertambah yang menyebabkan banyak vapor yang terkondensasi sehingga pressure kembali turun. Sebaliknya, apabila pressure turun maka pressure control akan membuka control valve, yang menyebabkan pressure pada line vapor dan condenser sama. Karena elevasi condenser lebih rendah dari accumulator maka condenser akan terisi dengan liquid yang memperkecil ruangan kondensasi. Hal ini akan menyebabkan sedikit vapor yang terkondensasi sehingga pressure kembali naik.
4. Produk berupa liquid dan ada uncondensable materials. Pada dasarnya konfigurasi pressure control untuk kondisi ini hampir sama dengan item 3 (produk liquid tanpa uncondensable materials). Yang membedakannya hanya karena kehadiran uncondensable materials. Sesuai dengan sifatnya yang uncondensable maka materials ini tidak akan terkondensasi di condenser maka lama kelamaan material ini akan terakumulasi di condenser dan menutupi/menyelimuti permukaan kondensasi sehingga produk tidak akan terkondensasi, pada akhirnya menyebabkan pressure di condenser akan bertambah terus tanpa bisa dikendalikan. Oleh karena itu, maka material ini harus dihilangkan, misalnya dengan membuang ke venting system, flare atau ke low pressure vessel. Agar pressure di condenser tetap terkendali, maka proses pembuangan uncondensable materials juga dilakukan dengan menggunakan pressure control, seperti terlihat pada gambar 5a dan 5b.

a) Konfigurasi pertama (gambar 5a) mirip gambar 4a. Prinsip kerjanya adalah sbb: - Apabila liquid sudah banyak terbentuk di condenser dan uncondensable materials juga sudah banyak terkumpul di atasnya, pressure kolom akan naik. Kenaikan pressure ini menyebabkan pressure control bereaksi membuka control valve venting sehingga vapor pada condenser akan terbuang melalui venting valve dan menutup control valve line pendingin sehingga mengurangi terbentuknya liquid. Sehingga pressure kolom turun. – Sebaliknya, penurunan pressure akan menyebabkan pressure control bereaksi menutup control valve venting dan membuka control valve pendingin, sehingga vapor kembali kembali terkondenasi menjadi liquid, sedangkan uncondensable materials akan terakumulasi diatasnya sehingga menyebabkan pressure kolom kembali naik.
b) Konfigurasi kedua (gambar 5b) mirip gambar 4b. Prinsip kerjanya adalah sbb: – Apabila liquid sudah banyak terbentuk di condenser dan uncondensable materials juga sudah banyak terkumpul di atasnya, pressure kolom akan naik. Kenaikan pressure ini menyebabkan pressure control bereaksi membuka kedua control valve, sehingga vapor pada condenser akan terbuang melalui venting valve dan liquid akan turun ke accumulator. Dengan demikian pressure kolom akan turun. - Sebaliknya, penurunan pressure kolom akan menyebabkan pressure control bereaksi menutup kedua control valve, sehingga vapor kembali terkondensasi menjadi liquid pada condenser, sedangkan uncondensable materials akan terakumulasi diatasnya sehingga menyebabkan pressure kolom kembali naik.

Minggu, 20 September 2009

Sabtu, 01 Agustus 2009

Kondensor


<
by Antonius Ade Aryo Wicaksono

Kondensor adalah salah satu jenis mesin penukar kalor (heat exchanger) yang berfungsi untuk mengkondensasikan fluida kerja. Pada sistem tenaga uap, fungsi utama kondensor adalah untuk mengembalikan exhaust steam dari turbin ke fase cairnya agar dapat dipompakan kembali ke boiler dan digunakan kembali. Selain itu, kondensor juga berfungsi untuk menciptakan back pressure yang rendah (vacuum) pada exhaust turbin . Dengan back pressure yang rendah, maka efisiensi siklus dan kerja turbin akan meningkat.
Klasifikasi Kondensor
Secara umum, terdapat 2 jenis kondensor yaitu : direct-contact condenser dan surface condenser. Surface condenser adalah jenis yang paling banyak digunakan di powerplant.
Direct-contact Condenser
Seperti namanya, direct-contact condenser mengkondensasikan steam dengan mencampurnya langsung dengan air pendingin. Direct-contact atau open condenser digunakan pada beberapa kasus khusus, seperti : ketika digunakan dry cooling tower, pada geothermal powerplant, dan pada powerplant yang menggunakan perbedaan temperatur di air laut (OTEC). Ada beberapa tipe direct-contact condenser :
a. Spray Condenser
Pada spray condenser, pencampuran steam dengan air pendingin dilakukan dengan jalan menyemprotkan air ke steam. Sehingga steam yang keluar dari exhaust turbin pada poin 2 (gambar 3.15.) bercampur dengan air pendingin pada poin 5 menghasilkan kondensat yang mendekati fase saturated, kemudian dipompakan kembali ke 4. Sebagian dari kondensat dikembalikan ke boiler sebagai feedwater. Sisanya didinginkan, biasanya didalam dry- (closed-) cooling tower ke poin 5. Air yang didinginkan pada poin 5 disemprotkan ke exhaust turbin dan proses berulang.

Gambar Flow diagram direct-contact condenser jenis spray condenser. SJAE = steam-jet air ejector

b. Barometric dan Jet Condenser
Ini merupakan jenis awal dari kondenser. Jenis ini beroperasi dengan prinsip yang sama dengan spray condenser kecuali tidak dibutuhkannya pompa pada jenis ini. Vacuum dalam kondensor diperoleh dengan menggunakan prinsip head statis seperti pada barometric condenser, atau menggunakan diffuser seperti pada jet condenser.


Gambar Skema direct-contact condenser: (a) barometric, (b) jet
Surface Condenser
Surface condenser merupakan jenis yang paling banyak digunakan di powerplant. Jenis ini merupakan heat exchanger tipe shell and tube, dimana mekanisme perpindahan panas utamanya adalah kondensasi saturated steam pada sisi luar tube dan pemanasan secara konveksi paksa dari circulating water di dalam tube. Secara spesifik, prinsip kerja surface codensor di bahas pada sub bab berikut.
Prinsip Kerja Surface Condenser
Prinsip kerja surface condenser seperti tampak pada gambar 3.17. adalah sebagai berikut. Steam masuk ke dalam shell kondensor melalui steam inlet connection pada bagian atas kondensor. Steam kemudian bersinggungan dengan tube kondensor yang bertemperatur rendah sehingga temperatur steam turun dan terkondensasi, menghasilkan kondensat yang terkumpul pada hotwell. Temperatur rendah pada tube dijaga dengan cara mensirkulasikan air yang menyerap kalor dari steam pada proses kondensasi. Kalor yang dimaksud disini disebut kalor laten penguapan dan terkadang disebut juga kalor kondensasi (heat of condensation) dalam lingkup bahasan kondensor. Kondensat yang terkumpul di hotwell kemudian dipindahkan dari kondensor dengan menggunakan pompa kondensat ke exhaust kondensat.
Ketika meninggalkan kondensor, hampir keseluruhan steam telah terkondensasi kecuali bagian yang jenuh dari udara yang ada di dalam sistem. Udara yang ada di dalam sistem secara umum timbul akibat adanya kebocoran pada perpipaan, shaft seal, katup-katup, dan sebagainya. Udara ini masuk ke dalam kondensor bersama dengan steam. Udara dijenuhkan oleh uap air, kemudian melewati air cooling section dimana campuran antara uap dan udara didinginkan untuk selanjutnya dibuang dari kondensor dengan menggunakan air ejectors yang berfungsi untuk mempertahankan vacuum di kondensor.
Untuk menghilangkan udara yang terlarut dalm kondensat akibat adanya udara di kondensor, dilakukan de-aeration. De-aeration dilakukan di kondensor dengan memanaskan kondensat dengan steam agar udara yang terlalut pada kondensat akan menguap. Udara kemudian ditarik ke air cooling section dengan memanfaatkan tekanan rendah yang terjadi pada air cooling section. Air ejector kemudian akan memindahkan udara dari sistem.


Gambar Skema Surface Condenser

Jumat, 24 Juli 2009

tambahan GLS

PENGERTIAN :

Program aplikasi sistem arus minyak untuk mencatat dan melaporkan data pergerakan arus minyak kilang sbg salah satu sumber data pembuatan MQAR

LATAR BELAKANG :

Secara manual :
Q : Sering terjadi human error dalam pengisian data
C : Menyebabkan kerugian yg besar
D : Waktu pengisian data sangat lama

GLS SAMK :
Q : Mengurangi potensi human error dalam pengisian data
C : Mencoba mengurangi losses hingga 0,2 %
D : Waktu pengisian data lebih cepat

JENIS TRANSAKSI ( KEGIATAN )

Discharge : Penerimaan minyak dari kapal ke tanki penampung
Terima : Penerimaan minyak dari tanki penampung / dari unit proses
Kirim : Pengiriman minyak Ke tanki penampung / ke unit proses
Control Level : Perubahan ukuran tanki yang disebabkan oleh kegiatan
pengiriman/penerimaan dari/ke selain unit proses, non tanki dan non custody
Suply : Pengiriman minyak yang dikelompokkan sebagai penjualan ke kapal,
tank car, UPMS dank e pihak ke III
Bunker : Pengiriman minyak MDO/MFO yang dikelompokkan sebagai penjualan
produk ke kapal (untuk keperluan kapal, ex : keperluan bahan bakar
Own Use : Pemakaian minyak /produk untuk keperluan internal kilang RU IV
Export : pengiriman minyak sebagai penjualan keluar negeri

KODE OPR_MY SAP

Discharge : - Penerimaan crude / RCR - Crude Receipt
- Penerimaan lainnya/ ROT – Receipt Others

Terima / kirim : - Pabrik ke tanki / RPR - Production Receipt ( REF )
- Tanki ke Pabrik / ICR - issue Crude to Prod ( REF )
- Tanki ke tanki : BLD - Blending, UDG - Up/Down grade,
TT - Tank to tank transfer.

Control Level : - DL - Idle Mode
- TPL - Pipeline transfer
- TRF - Transfer Others

Suply / Bunker / Export : - IOT - Issue to Others
- IS - Issue to Sales
- IST - Issue to Stock Transfer
- ILS - Issue to LSTK

Own Use : - OWN - Own Use

KODE FEED UNIT PROSES

• SPO DIST to feed FEU I : Z9I1SD
• LMO DIST to feed FEU I : Z9I1LD
• SPO RAFF to feed MDU I : Z0I1SF
• LMO RAFF to feed MDU I : Z0I1LF


KODE PRODUK UNIT PROSES

• LIGHT OIL LOC I : Z7O1LS
• VGO LOC I : Z7O1VO
• SPO DIST LOC I : Z7O1SD
• IDIST LOC I : Z7O1IT
• LMO DIST LOC I : Z7O1LD
• LMMO DIST LOC I : Z7O1LK
• MMO DIST LOC I : Z7O1MD
• BLACK OIL LOC I : Z7O1BH
• SHORT RESIDUE LOC I : Z7O1R6
• DAOLOC I : Z8O1DD
• PROPANE ASPHALT LOC I : Z801PA
• SPO RAFFINATE LOC I : Z9O1SF
• LMO RAFFINATE LOC I : Z9O1LF
• MINAREX A LOC I : Z9O1EX
• MINAREX B LOC I : Z9O1ME
• HVI-60 LOC I : Z0O1H6
• PARAFFINIC-60 LOC I : Z0O1P6
• HVI-95 LOC I : Z0O1H9
• PARAFFINIC-95 LOC I : Z0O1P9
• S.Wax LOC I : Z0O1SW
• S.WAX LOC II : ZLO1SW
• S.WAX LOC III: ZZO1SW
• SPO DIST LOC II: ZIO1SD
• LMO DIST LOC II: ZIO1LD
• MMO DIST LOC II: ZIO1MD
• HVI-100 LOC II : ZLO1H9
• LMO RAFFINATE LOC III : ZYI1LF
• HDT LMO : ZYO1TL
• HVI-100 LOC III : ZLO1H9

CARA PENGISIAN GLS SAMK

1. Buka aplikasi GLS SAMK
- Usser Id : GLSUP4 ( tanpa spasi )
- Password : BBM ( tanpa spasi )
2. Setting tanggal transaksi yang akan diisi
- Pilih bulan
- Pilih tanggal
3. Klik tank ticket pumping
4. Klik add data untuk pengisian level tanki baru
5. Klik no tanki ( pilih tanki yang akan diisi )
6. Klik kegiatan untuk menentukkan jenis kegiatan transaksi
- Lihat KODE TRANSAKSI
7. Klik dari/ ke untuk menentukkan darimana / kemana aliran diarahkan
- Lihat KODE FEED / PRODUK UNIT PROSES
8. Klik opr.SAP untuk pengisian keterangan
- Lihat KODE OPR MY_SAP
9. Isi waktu awal dan akhir
10. Isi level awal dan akhir
11. Amati density dan suhu lalu sesuaikan ( data opening jangan dirubah )
12. Save hasil pengisian


CARA PENGEDITAN GLS SAMK

Pengeditan dilakukan ketika mengerjakan kegiatan transaksi KIRIM / TERIMA
Langkah - langkahnya sebagai berikut :

1. Klik edit data untuk mengedit level tanki
2. Klik opr.SAP untuk pengisian keterangan
- Lihat KODE OPR MY_SAP
3. Isi waktu awal dan akhir
4. Isi level awal dan akhir
5. Amati density dan suhu lalu sesuaikan ( data opening jangan dirubah )
6. Save hasil pengisian

ISTILAH-ISTILAH :

Singgle transaction
Multy transaction
Proses bridging
Laporan AM -02 = adalah laporan pemompaan harian yang menunjukan daftar transaksi pemompaan dalam satu hari
Laporan AM- 09 = adalah laporan material balance tanki yang menunjukan data persedian berimbang dengan transaksi
Laporan AM -15 = adalah laporan verifikasi opening- closing yang menunjukan persedian stock
Tahan ukur
PENGERTIAN by LOC-I ankatan II

GLS = Gauger Log System
LDS = Loading Discharge System
SAMK = Sistem Arus Minyak Kilang
GLS/SAMK = adalah system aplikasi yang berfungsi untuk menghitung,mencatat,memproses dan melaporkan pergerakan arus minyak yang masuk kilang didalam dan keluar kilang sebagai sumber penyusunan MQAR
MQAR = Mounthly Quantity Acounting Report
Menggambarkan kuantitas stock,catatan pergerakan minyak mentah,gas bumi dan produk-produk.
AM -02 = adalah laporan pemompaan harian yang menunjukan daftar transaksi pemompaan dalam satu hari
AM- 09 = adalah laporan material balance tanki yang menunjukan data persedian berimbang dengan transaksi
AM -15 = adalah laporan verifikasi opening- closing yang menunjukan persedian stock
Proses Bridging = adalah proses penghubung GLS yang kemudian di key in untuk pencatatan laporan dalam SAMK
Neraca Masa = proses untuk mengetahui dan memverifikasi data stock dengan transaksi dalam satu hari.
Single Transaction = adalah transaksi satu arah
Multi transaksi = adalah transaksi yang dari bebarapa single transaksi baik internal maupun eksternal dalam satu hari.
Kirim = proses mengirim ICR –Issue Crude to Prod (REF)
Tanki- tanki
Tanki – Unit
Terima = dari transfer tanki –tanki RPR Prodaction Receipt(REF)
= Produk ke tangki
Control Level = koreksi level
Pengisian pipa
Drain water
Pemompaan dari CPI
Perbedaan ukuran tangki sebelum aktivitas custody
Blowing angin
Deballasting
Perubahan ukuran ganti hari

Single Transaction “KIRIM” internal : transaksi satu arah yang terjadi dalam satu bagian
Kegiatan : blending( blending SN 200 dari 41T -8 dan 41T-2), tank to tank( transfer 41T-8 ke 41T-4), down/upgrade ( DO ke 41T-10), kirim ke unit/tank to tank,
Single Transaction “KIRIM” eksternal: transaksi satu arah yang terjadi antara satu bagian dengan bagian lain.
Kegiatan : 41T-10 ke tanki IFO

Multi transaksi “KIRIM”internal = adalah transaksi yang terdiri dari beberapa transaksi proses pengiriman dari tanki to tanki , unit ke tanki dalam satu bagian dalam waktu yang bersamaan yaitu dalam satu hari
Contoh : Produk unit masuk ke 41T-2 bersamaan dengan transfer dari 41T-6 KE 41T-2

Multi transaksi “KIRIM”eksternal = adalah transaksi yang terdiri dari beberapa transaksi proses pengiriman dari tanki to tanki , unit ke tanki antar bagian dalam waktu yang bersamaan
Contoh : 41T-2 ke 41T-10 kemudian di transfer ke tanki IFO

Single Transaction “TERIMA” internal : satu jenis kegiatan arus minyak yang ada pada aplikasi GLS/SAMK yang menjelaskan penerimaan minyak dari unit proses atau dari tanki penampung dalam satu bagian.
Contoh :

Class Room GLS/SAMK hari ke II

class room yang ini diadakan di Hotel Saphir di jogja. kebetulan pada hari pertama aku sendirian tapi pas hari ke dua, temanku waktu SMA datang..

Selasa, 02 Juni 2009

Tanki ( Tanki Ukur Tetap Silinder Tegak )


Pengertian Umum
Tanki minyak adalah suatu alat yang terbuat dari plat baja, untuk menampung atau menimbun minyak mentah dan produk hasil pengolahan serta produk hasil blending. Tanki yang menyimpan cairan bahan baku ataupun produk biasanya disebut storage tank, untuk gas disebut gas holder ( vessel ) atau kategori tanki bertekanan, sedangkan tanki yang menyimpan padatan dinamakan silo atau bin. Tanki timbun di desain dalam berbagai macam ukuran kapasitas serta desain konstruksi yang masing masing dibedakan menurut penggunaanya. Dalam industri perminyakan dengan berbagai macam jenis fluida yang ditampung, seperti minyak yang mudah menguap (volatility), yang bertekanan dan mudah terbakar, maka tanki harus dibangun dengan memperhatikan beberapa persyaratan, antara lain :
· Konstruksinya, kestabilan dan kekuatan.
· Keamanan, terhadap bahaya kebakaran, petir dan karat.
· Pencemaran lingkungan
· Fasilitas tanki
· Tata letak tanki
· Jenis minyaknya.
· Faktor ekonomisnya.
Dalam cara-cara penanganan tanki produk baik itu produk setengah jadi maupun produk jadi, yang perlu diperhatikan adalah :
· Menjaga jumlah dan mutu produk.
· Mencegah kontaminasi
· Memperkecil kehilangan minyak (Oil loss)
· Keselamatan dan perawatan tanki serta peralatannya.
· Dan mengurangi bahaya yang timbul.
Untuk kelancaran kegiatan operasi tanki, maka dibutuhkan tenaga-tenaga kerja yang ahli dengan metode yang tepat dan cepat.

1.1 Fasilitas Instalasi Tanki
Dibagian instalasi tanki terdapat beberapa fasilitas penunjang untuk kelancaran operasi rutinnya, antara lain adalah :
· Jumlah dan kapasitas tanki untuk masing-masing jenis minyak yang mencukupi.
· Jalur pipa dan pompa dengan kapasitas dan jumlah yang cukup.
· Fasilitas loading, discharging dan transfer untuk BBM dan Non BBM.
· Jalur pipa steam, pemadam kebakaran, keselamatan kerja dan penerangan listrik.
· Tanggul kebakaran dan saluran minyak buangan.

1.2 Kapasitas Tanki
Kapasitas tanki yang ideal adalah yang tidak pernah idle, selalu ada pergerakan minyak.
o Banyak sedikitnya kapasitas tanki akan mempengaruhi biaya investasi dan kelancaran operasi.
o Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kapasitas tanki adalah :
· Jenis tanki
· Adanya perubahan jumlah dan bahan baku yang akan dikelola.
· Jenis / banyaknya kegiatan pergerakan antar tanki
· Fasilitas loading / discharging, transfer ke UPms dan blending
produk yang berhubungan dengan ullage yang harus
disediakan.

1.3 Tata Letak Tanki Timbun
Daerah instalasi tanki atau tank farm harus merupakan daerah yang diamankan dari bahaya ( diluar rangkaian proses / battery limit ).
Penempatan tanki timbun harus diatur sedemikian rupa sehingga
uap-uap yang timbul dari isi tanki tidak menimbulkan bahaya kebakaran maupun polusi yang berlebihan pada lingkungan kerja. Semua peralatan dalam area kilang selalu mengacu pada standar keselamatan yang diakui dalam skala nasional maupun internasional mengingat aspek bahaya yang dapat ditimbulkan dan nilai investasinya yang besar dengan menggunakan teknologi tinggi. Usaha untuk melindungi tanki dari bahaya akibat kebakaran atau sebaliknya melindungi instalasi penting lain agar tetap aman jika tanki terbakar diperlukan suatu tata letak tanki yang baik agar tercipta keterpaduan antar sarana proses didalam kilang.

Sistem Kerja Boiler


I. PENDAHULUAN

Umum.
Boiler / Ketel uap Adalah suatu bejana tertutup yang terbuat dari baja yang digunakan untuk menghasilkan uap. Didalam dapur ( furnace ) energi kimia dari bahan bakar dirubah menjadi panas dan panas yang dihasikan sebagian besar diberikan kepada air yang berada didalam ketel dan karenanya air berubah menjadi uap. Uap yang dihasilkan dari sebuah ketel dapat digunakan sebagai fluida kerja atau media pemanas untuk berbagai macam keperluan dari keperluan rumah tangga sampai keperluan industri seperti misalnya :
a. Sebagai fluida kerja
Untuk menggerakkan mesin-mesin uap seperti mesin turbin dan torak. Untuk keperluan ini biasanya uap yang mempunyai tekanan tinggi.
b. Sebagai media Pemanas.
Untuk memanaskan cairan yang mudah beku agar tetap dalam keadaan cair, misalnya dalam penampungan minyak berat, dalam pengaliran dan lainnya sebagainya. Untuk keperluan ini biasanya uap yang mempunyai tekanan yang rendah.
c. Sebagai media bantu.
Untuk membantu proses fraksinasi, untuk membantu proses pengeringan, untuk pembersihan dan lain sebagainya. Untuk keperluan ini biasanya menggunakan uap tekanan sedang.

Syarat – Syarat Ketel uap Yang Ideal :
Ketel uap yang baik ( Ideal ) secara umum harus memenuhi persyaratan – persyaratan yang diperlukan dari segi teknis pengoperasian, ekonomis dan keselamatan kerjanya. Beberapa persyaratan umum yang harus dipenuji adalah sebagai berikut :
a. Harus hemat dalam pemakaian bahan bakar. Hal ini dinyatakan dalam rendemen atau daya guna ketel ( Effisiensi ).
b. Ketel harus harus dapat secara cepat menyesuaikan fluktuasi beban ( naik turunnya beban ).
c. Konstruksinya seringkas dan sesederhana mungkin agar supaya tempat yang diperlukan kecil serta mudah pengoperasiannya dan pemeliharaanya.
d. Mempunyai sistem pembuangan lumpur / deposit yang baik.
e. Perbandingan ruang uap dan air, saluran uap serta sirkulasi air yang memadai.
f. Material yang digunakan memenuhi standard yang berlaku.
g. Dilengkapi dengan peralatan pengaman, dan paling sedikit harus memenuhi syarat-syarat dari Dinas Pengawasan Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
h. Peredaran gas panas dari hasil pembakaran harus baik, sehingga transfer panas dapat dilakukan semaksimum mungkin.
i. Jumlah panas yang hilang karena radiasi harus sekecil kecilnya, oleh karena itu isolasi yang digunakan harus mempunyai daya hantar panas yang rendah.

Prinsip Kerja Ketel Uap
Jika kita perhatikan orang memasak air didalam sebuah bejana terbuka, maka air akan mendidih pada suhu ± 100 0C pada tekanan atmosfir. Suhu yang dicapai akan tetap 100 0C selama perebusan diberikan panas sebesar –besarnya, hal ini disebabkan oleh tekanan didalam bejana dan diluar bejana adalah sama yaitu 1 atm ( 1,033 kg/cm2 ).
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa ketel uap adalah sebuah bejana besar berisi air yang dipanaskan, tetapi dalam keadaan tertutup rapat ( gambar 1 ), sehingga dengan demikian peberian panas dari dapur yang berasal dari pembakaran bahan bakar menghasilakn uap didalam ketel dibawah tekanan yang lebih tinggi dari pada tekanan atmosfir. Jelas disini bahwa bejana dari ketel uap tidak dapat dibuat dari sembarang bahan seperti halnya untuk bejana tempat memasak air yang tidak dapat menahan tekanan melebihi tekanan atmosfir.

Karakteristik Uap dan Air.
Titik didih (boiling point) : temperatur dimana air akan mulai berubah bentuk dari fase cair menjadi fase gas (proses penguapan).
Selama proses penguapan temperatur akan konstan.
Pada setiap tekanan, air memiliki boiling point tertentu yang disebut saturation temperatur.
Ø Wet Steam :
Steam yang masih mengandung air
Ø Saturated Steam :
Steam jenuh yang sudah tidak mengandung butiran air lagi
Ø Superheated Steam :
Bila pada kondisi saturated steam panas terus ditambahkan, maka temperatur steam akan naik dan steam menjadi steam kering/steam panas lanjut (superheated steam)
Penentuan kondisi steam diperlukan data tekanan, temperatur, analisa kualitas steam/rasio berat dry steam terhadap campuran
Dapat diprediksi dengan menggunakan steam tables